Butik Online
Pada 2012, kami sekeluarga memutuskan untuk hijrah dan kembali tinggal di kota Jogja, selain alasan macetnya jakarta keputusan ini jg diambil krn rumah kami di Jogja akhirnya jadi juga setelah sekian lama dan sekian banyak pinjem kanan kiri atas bawah, hihi. Rumah kami emang dirancang 2 lantai, dgn lantai 1 jadi tempat tinggal, lantai 2 tempat usaha. Emang semenjak jaman dahulu kala, aku dah memimpikan suatu saat mempunyai bisnis offline, apapun itu, yang penting yg ga online:D
Dari awal kami ingin buat resto, or cafe, or something like that lah. Tapi nya setelah berdarah-darah menyelesaikan rumah, modal untuk usaha otomatis nihil dong, jadinya kami terpaksa berbelok, memilih usaha yang modalnya ga terlalu banyak. Kami memilih membuka butik cewek, krn kebetulan sebelumnya kami sudah punya butik online, sehingga kami pikir semua stok dll bisa tinggal ambil aja dari yang online.
Dan begitulah adanya, akhirnya butik yg diberi nama Female.Store ini berdiri, berjalan, so smooth, dalam artian tanpa pengunjung:D
Berbagai daya dan upaya dilakukan buat menaikkan penjualan butik, mulai dari banting harga, diikuti promosi via runtext di jalan-jalan, promosi via radio swaragama yg notabene salah satu radio paling nge hits, dll. Tetep aja pengunjung masih sepi. Kami berinovasi untuk mencoba mendatangkan berbagai barang aksesoris yang murah meriah, meski margin tipis, tapi diharapkan butik bisa lebih ramai dikunjungi.
Bukannya sia-sia, usaha itu ada hasilnya, tapi hasilnya ga seberapa:D Kesimpulannya, setelah sekitar 5 bulan tetep juga sepi.
Cafe sampingan
Kami survey ke butik-butik di sekitaran jogja, ternyata memang butiknya kebanyakan pada sepi, hanya satu dua yang ramai itupun dah begitu terkenalnya. Tampaknya kami salah mengambil jenis usaha yang sudah terlalu jenuh, persaingan terlalu panas.
Oke, pantang menyerah!
Kebetulan habis baca artikel tentang pivot, dan kelihatannya kami butuh segera pivot, sebelum kapal oleng. Pivot itu merubah jalannya bisnis, tapi tidak mulai dari nol. Contohnya kalau di basket, pivot itu putar badan, tapi satu kaki masih tetap di tempat.
Nhah, kami putuskan bisnis keluarga ini perlu pivot. Yg tercetus langsung, buka cafe or resto, di tempat parkir depan resto.
Ada 2 skenario,
- jika resto/cafe ramai, sedikit-demi sedikit butik ditutup. Atau bisa juga saling melengkapi, dilihat nanti deh.
- jika resto/cafe sepi juga, pusing juga, pikir belakangan aja
Setelah sekian lama bimbang dan ragu, ketemu juga deh menu apa yg akan dijual di resto.
Ya, kami dengan semangat dan bangga akan menjual bakedrice, dengan alasan di jogja belum ada bakedrice, dan bakedrice masih nasi, yg keliatannya nih orang indo masih kurang sip kalau tanpa nasi.
So, kami meluncur…..
Eksperimen
Langkah pertama, kami bereksperimen untuk mendapatkan resep yang tepat. Thea yg masak, aku sebagai tester. Dilakukan terus berulang hampir tiap hari selama 2 bulan, sampai bobot nambah sekian kilo.
Prepare
Setelah menu dirasa cocok dan puas, persiapan segera dimulai, yang ini malah mudah aja, tinggal beli-beli barang. Di awal kami hanya menyediakan 3 meja, plus 1 meja bar. Persiapan yg lebih ribet adalah persiapan promosi
Bukaaaa
yap akhirnya, TWIZEL dibuka juga, dengan memigrasi semua karyawan butik menjadi karyawan resto. So so so, resminya, twizel pertama buka tanggal 23 April 2013, dan itu dicatet di sini supaya bisa diperingati setiap tahun.