Detik-Detik yang Menentukan

Akhir-akhir ini aku baru asik mbaca bukunya Habibie, “Detik-Detik yang Menentukan”, buku tersebut menceritakan tentang detik-detik perpindahan kekuasaan dari jamannya Soeharto, ke tangan Habibie.

Buku ini cukup kaku, banyak menyampaikan hal-hal yang teoritis dan point per point, jadi kadang bisa membawa kita pada kebosanan. Misalnya saja, dibeberapa halaman buku ini sering disampaikan apa isi dari pidato Presiden di suatu rapat, yang disampaikan point demi point dari a,b,c,d dan seterusnya.

Tapi, buku ini menarik, karena ditulis oleh mantan Presiden RI, dan menceritakan tentang kronologis transisi kekuasaan dari Soeharto ke Habibie. Yang lebih menarik lagi adalah, buku ini banyak menceritakan jalan pikir Habibie, apa yang dia renungkan pada saat kejadian-kejadian di pergantian kekuasaan tersebut. Yang masih aku ingat adalah, bagaimana Habibie “shock”, karena menerima warisan kekuasaan feodal yang sebegitu besarnya, yang sudah dibina lebih dari 53 tahun mulai dari jaman Soekarno. Habibie sempat bingung, mau diapakan semua kekuasaan yang sudah mengakar tersebut.

Cerita yang dipaparkan cukup mendetail, dan mampu memberikan gambaran tentang apa yang sebenarnya terjadi saat “Supersemar Kedua” terjadi tersebut, tentu saja dari sudut pandang Habibie.

Terlepas dari kekakuan buku ini, ataupun tingginya nilai sejarah dari isi buku ini, aku merasa mendapat lumayan banyak pelajaran dari “tingkah polah” Habibie selama rentang waktu kepemimpinan reformasi.

Yang pertama adalah, bagaimana beliau, orang yang bisa dianggap sangat teknis, bisa memegang kendali negara yang dalam keadaan krisis multikompleks dan multidimensi. Bagaimana beliau bisa menyingkirkan tanggapan-tanggapan apriori serta tekanan-tekanan dari luar. Bagaimana beliau bisa mengkoordinir staf-stafnya, mentri-mentri, yang menurut saya sangat sulit. Aku mengkoordinir beberapa gelintir orang aja sering pusing sendiri.

Yang kedua adalah, tentang dedikasi. Beliau benar-benar berdedikasi penuh untuk menyelamatkan negara (menurut buku ini), hingga pada masa2 awal, beliau hanya tidur 2 jam setiap harinya, dan tanpa merasa kecapekan.

Jalan pemikiran beliau begitu sistematis, dan mendetail. Padahal, sebelum membaca buku ini, secara pribadi aku sangat meremehkan kemampuan beliau saat itu. “Tukang buat pesawat, mana mungkin bisa ngurusin negara”. Tapi, setelah membaca buku ini, aku sadar, memang benar-benar tidak mudah ngerawat negara yang dah bener-bener bobrok. Seandainya saja aku diberikan kesempatan memimpin negara ini, aku rasa bukan hanya negara yang akan hancur, tapi akunya sendiri juga bakal hancur:D .

6 comments on “Detik-Detik yang Menentukan

  1. benar salut pada pak Baharudin Jusuf Habibie. menurutku dia adalah salah satu presiden terbaik indonesia, (kalo bung karno aku salut karena perjuangannya mengangkat nama indonesia di dunia internasional dan berani melawan dunia.)
    Tapi sayang sekarang beliau tidak ada di indonesia, sungguh indonesia yang merugi. kembalilah bapak habibie, hahaha.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>